Wonogiri (Espos)
Puluhan ayam kampung milik warga di Dukuh Getas dan Gempeng, Desa Jaten, Selogiri, mati mendadak sejak sepekan lalu.
Kematian unggas tersebut diduga disebabkan oleh serangan virus avian influenza (AI) atau flu burung, karena pada cengger atau kepala ayam berwarna biru kehitam-hitaman.
Warga asal Dukuh Gempeng, Kasto, 50, kepada Espos, Selasa (10/10), mengatakan dua ekor induk ayam dan puluhan anak ayam berusia tiga pekan miliknya mati mendadak sejak sepekan lalu.
Menurut dia, anak ayam itu jumlahnya mencapai 25 ekor juga ada. Dia menjelaskan, semuanya telah ditimbun karena takut menyerang ayam-ayam lain.
”Kematian ayam ini baru terjadi di peternakan saya. Ayam kampung milik tetangga belum ada yang mati mendadak seperti itu. Gejalanya, ayam tidak mau makan, lalu lemas dan meletakkan kepalanya di tanah. Selang satu malam, ayam-ayam itu sudah mati semua. Peristiwa yang sama pernah terjadi sejak awal tahun 2006 yang lalu, bahkan mencapai ratusan ayam,” tegasnya.
Terpisah, warga di Dukuh Getas, Suraji, 56, menjelaskan sejumlah ayam miliknya dan beberapa ayam milik tetangganya juga mati mendadak mulai awal Bulan Puasa.
Menurut dia, tanda-tandanya hampir sama dengan ayam milik warga di Gempeng, namun tidak mengeluarkan lendir baik di paruh atau di duburnya. Ayam-ayam tersebut, kata dia, hanya dibuang ke sungai, namun ada juga yang dikonsumsi, setelah direbus dan digoreng.
”Ayam milik saya hanya enam ekor, lalu milik Giyarsi, tetangga sebelah sebanyak sepuluh ekor, belum ditambah puluhan ayam milik tetangga yang lain. Kami tidak mengetahui jenis penyakit apa yang menimpa unggas tersebut. Hanya ayam kampung yang diserang, jenis unggas lainnya, seperti burung, entok dan sejenisnya tidak mati,” tukasnya.
Lebih lanjut dikatakan, warga setempat belum melaporkan hal ini kepada pihak perangkat Desa Jaten.
”Kami tidak berani melapor kepada pihak desa, karena kematian ayam ini hanya dianggap sepele bagi mereka. Daripada malu, mendingan tidak dilaporkan saja,” papar Sukiyem, warga lain.
Lakukan pengecekan
Menurut Sukiyem, sebenarnya ayam-ayam tersebut merupakan cadangan bagi warga untuk menghadapi Lebaran beberapa hari mendatang. Dia menguraikan, ayam-ayam itu biasanya dijual menjelang Lebaran untuk membeli pakaian bagi anak-anak, tapi malah mati semua.
Kasubdin Kehewanan Dinas Kehewanan Perikanan dan Kelautan (Diswanperla) Wonogiri, drh Ismaryati Budiningsih, saat dikonfimasi Espos menjelaskan, pihaknya telah melakukan pengecekan ke Desa Jaten, namun pihak desa justru tidak mengetahui hal itu.
Namun yang jelas, tukasnya, pihaknya tetap akan memantau perkembangan kasus itu. Jika perlu, lanjut dia, pihaknya akan melakukan pengecekan sekali lagi.
”Berdasarkan indikasi kematian ayam tersebut, dugaan sementara ayam-ayam itu terserang penyakit tetelo atau ND. Kami sangat menyayangkan tindakan warga yang membuang bangkai ayam itu ke sungai, seharusnya bangkai ayam itu ditimbun saja. Oleh karena itu penduduk setempat perlu ada sosialisasi masalah penanggulangan flu burung ini,” terangnya.
Sementara itu Camat Selogiri, Bambang Hariyanto, menegaskan, pihaknya belum menerima laporan adanya kematian unggas di Dusun Getas, Desa Jaten, Selogiri.
”Padahal, kami telah telah mengumpulkan semua perangkat desa dan BPD di semua desa yang ada, namun belum ada yang melaporkan adanya kematian unggas tersebut,” terangnya. - m42