Saturday, October 07, 2006

Air Telaga Tinggal Sedikit

WONOGIRI, KOMPAS ,Sabtu, 07 Oktober 2006
Kemarau yang berkepanjangan membuat sejumlah warga di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, kesulitan air. Selama empat bulan terakhir warga terpaksa membeli air untuk kebutuhan minum. Persediaan air tadah hujan, yang ditampung di kolam atau telaga buatan untuk kebutuhan mandi dan cuci pakaian, kini tinggal sedikit.
Dari pengamatan Kompas, Jumat (6/10), di sepanjang jalan menuju desa-desa di Kecamatan Paranggupito banyak mobil tangki air kapasitas 5.000 liter lalu lalang. Mobil tangki air tersebut menyuplai kebutuhan air minum warga setempat. Berdasarkan informasi warga, satu tangki air dibeli dengan harga Rp 70.000.
"Satu tangki air biasanya kami gunakan untuk sekitar satu bulan. Kalau mau hari raya enggak sampai sebulan," ujar Kliman (55), warga Dukuh Nagan, Desa Johunut.
Sepanjang jalan yang dilewati terlihat gersang, hanya ada satu dua tanaman yang tumbuh. Tanah yang berada di antara bebatuan tidak digarap dan dibiarkan karena kekeringan.
Dari pengamatan langsung di Telaga Waru, Desa Johunut, Paranggupito, persediaan air di kolam tersebut tinggal sedikit. Air di kolam tersebut kini tinggal setinggi sekitar 30-35 sentimeter.
Telaga buatan yang dibangun sekitar empat tahun lalu itu berukuran sekitar 50 meter x 50 meter dengan kedalaman sekitar enam meter. Tiga kolam penyaringan berukuran sekitar 15 meter x 15 meter yang berada di telaga tersebut telah kering. Sementara air yang tersisa di telaga tinggal sedikit dan tidak jernih. Bahkan beberapa sampah terlihat menumpuk mengambang di atas air.
Padahal, air tadah hujan di kolam tersebut dimanfaatkan ribuan warga di Desa Johunut dan sejumlah desa di sekitarnya, seperti Songbledeg, Ketos, Paranggupito, Sambiharjo, dan Gudangharjo.
Sejumlah warga Desa Johunut, yang ditemui ketika sedang mencuci dan mandi di telaga buatan tersebut, mengaku khawatir persediaan air di telaga tersebut habis apabila kemarau terus berkepanjangan.
"Kolam ini baru ada airnya kalau hujan. Kalau kolam ini kering kami tidak tahu lagi mau ambil air dari mana untuk mandi dan mencuci. Kalau membeli kami tidak kuat," ujar Satiyem (65), warga Johunut.
Menurut sejumlah warga, dalam setahun lahan pertanian di desanya hanya bisa digarap satu kali saja. Jenis tanaman yang tumbuh di daerah ini adalah jagung, kedelai, singkong, dan kacang tanah.
"Kalau musim kering kami tidak menanam sehingga tidak punya penghasilan. Mudah-mudahan Pak Bupati Begug mau mengerti keadaan kami," ujar Paim (40). (SON)

No comments: